Sunday, May 1, 2016

TAFSIR,ISI KANDUNGAN, MUNASABAH AYAT DAN KAJIAN LINGUISTIK SURAT AL-FATIHAH

BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Surat Al-Fatihah yang merupakan surat pertama dalam Al Qur’an dan terdiri dari 7 ayat adalah masuk kelompok surat Makkiyyah, yakni surat yang diturunkan saat Nabi Muhammad di kota Mekah. Dinamakan Al-Fatihah, lantaran letaknya berada pada urutan pertama dari 114 surat dalam Al Qur’an. Para ulama bersepakat bahwa surat yang diturunkan lengkap ini merupakan intisari dari seluruh kandungan Al Qur’an yang kemudian dirinci oleh surat-surat sesudahnya. Surat Al-Fatihah adalah surat Makkiyyah, yaitu surat yang diturunkan di Mekkah sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah.
Surat ini berada di urutan pertama dari surat-surat dalam Al-Qur’an dan terdiri dari tujuh ayat. Tema-tema besar Al Qur’an seperti masalah tauhid, keimanan, janji dan kabar gembira bagi orang beriman, ancaman dan peringatan bagi orang-orang kafir serta pelaku kejahatan, tentang ibadah, kisah orang-orang yang beruntung karena taat kepada Allah dan sengsara karena mengingkari-Nya, semua itu tercermin dalam ekstrak surat Al Fatihah.
Begitu luar biasanya kandungan surat Al-Fatihah ini maka sangat perlu pengkajian yang seksama baik dari segi tafsiran,asbab an-nujul,munasabah ayat maupun kajian-kajian linguistik seperti kajian disiplin ilmu nahwu sharaf dan balaghah.
Berdasarkan hal itu maka kami menyusun makalah yang kami beri judul ” TAFSIR,ISI KANDUNGAN, MUNASABAH AYAT DAN KAJIAN LINGUISTIK  SURAT AL-FATIHAH ” yang mudah-mudahan makalah yang kami susun ini dapat memenuhi kebutuhan intelektual akan tafsiran,isi kandungan,munasabah ayat, dan kajian linguistik dari pada surat Al-Fatihah.
B.           Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka kami menarik beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1.             Bagaimana menulis surat Al-Fatihah?
2.             Bagaimana asbab an-nujul surat Al-Fatihah?
3.             Bagaimana Munasabah ayat dalam surat Al-Fatihah?
4.             Bagaimana kajian linguistik terhadap surat Al-Fatihah?
5.             Apa isi kandungan surat Al-Fatihah?

C.           Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah yang telah dipaparkan maka kami dapat menentukan tujuan penulisan dari makalah ini,adapun tujuan penulisan adalah sebagai berikut:
1.             Bagaimana menulis surat Al-Fatihah.
2.             Bagaimana asbab an-nujul surat Al-Fatihah.
3.             Bagaimana Munasabah ayat dalam surat Al-Fatihah.
4.             Bagaimana kajian linguistik terhadap surat Al-Fatihah.
5.             Apa isi kandungan surat Al-Fatihah.




BAB II
PEMBAHASAN
A. Asbabun Nuzul (Sebab-sebab turunnya) surat Al-Fatihah
 Sebagaimana diriwatkan oleh Ali bin Abi Tholib mantu Rosulullah Muhammad saw: “Surat al-Fatihah turun di Mekah dari perbendaharaan di bawah ‘arsy’, dari riwayat lain menyatakan, Amr bin Shalih bertutur kepada kami:“Ayahku bertutur kepadaku, dari al-Kalbi, dari Abu Salih, dari Ibnu Abbas, ia berkata: “Nabi berdiri di Mekah, lalu beliau membaca, Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam. Kemudian orang-orang Quraisy mengatakan, “Semoga Allah menghancurkan mulutmu (atau kalimat senada).”
         Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rosulullah saw. bersabda saat Ubai bin Ka’ab membacakan Ummul Quran pada beliau, “Demi zat yang jiwaku ada di tangan-Nya, Allah tidak menurunkan semisal surat ini di dalam Taurat, Injil, Zabur dan al-Quran. Sesungguhnya surat ini adalah as-sab’ul matsani (tujuh kalimat pujian) dan al-Quran al-’Azhim yang diberikan kepadaku.”

B.  Munasabah Ayat
Dalam surat Al-Fatihah terdapat beberapa ayat yang saling berkaitan satu sama lain yang dalam istilah ilmu tafsir di sebut munasabah ayat, berikut adalah ayat-ayat dalam surat Al-Fatihan yang  saling berkaitan satu sama lain :
Kalimat  الصراط المستقيم bermunasabah dengan ayat yang selanjutnnya yaitu kalimat صراط الذين انعمت عليهم غير المغضوب عليهم ولا الضالين yang mana ayat ini menjelaskan kalimat الصراط المستقي, yang makna maksud dari munasabahnya ayat ini adalah bahwa yang di maksud jalan yang lurus itu dalah jalannya orang yang telah di beri karunia oleh allah bukan jalannya orang-orng yang dimurkai bukan pula orang yang tersesat dari jalannya

C. Kajian Ilmu Linguistik Dalam Surat Al-Fatihah

1.Kajian ilmu nahwu dalam surah alfatihah
بسم الله الرحمن الرحيم
Huruf ba(ب) pada kalimat (بسم) termasuk haraf jar asliyah yang mana mempunyai definisi وله معنى فى نفسه متعلق يتعلق به ما يحتاج الى    ialah haraf jar yang membutuhkan mutaalaq yang berhubungan dengannya dan ia mempunyai makna sendiri”  yang mana haraf jar ini dapat memperkirakan mutaalaq yang terdiri dari isim dan fiil yang jika diperinci akan menghasilkan 8 perkiraan, dengan jalan sebagai berikut:
A.           Jika kita membuat mutaalaq dari fiil maka kita bisa bisa menakdirkan lafadz ابتدء (aku memulai) atau   االف(aku mengarang) di awal dan di akhir contoh:
1.          ابتدء بسم  الله الرحمن الرحيم
2.          بسم  الله الرحمن الرحيم ابتدء
3.          االف بسم  الله الرحمن الرحيم
4.          بسم  الله الرحمن الرحيم االف
B.           Jika kita membuat mutaalaq dari isim maka kita bisa mekdirkan lafadz انا مبتدئ  )saya memulai)انا مئلف  (saya mengarang) di awl dan di akhir, contoh:
1.   بسم  الله الرحمن الرحيم انا مبتدئ
2.   بسم  الله الرحمن الرحيم انا مبتدئ
3.   بسم  الله الرحمن الرحيم انا مئلف  
4.   بسم  الله الرحمن الرحيم انا مئلف  
Lafadz اسم)) adalah majrur dari haraf ba dengan beralamatkan kasroh dikarenakan ia adalah isim mufrad.
Kalimat اسم الله)) berbentuk idhofat dengan  اسم sebagai mudhaf dan  اللهsebgai mudaf ilaih, idhafat dapat di definisikan sebagai berikut:
نسبة تقييدية بين شئين تجيب لثانيهما جرا ابد
“ialah hubungan yang berbentuk kaidah(aturan) diantara dua perkara ( mudhaf dan mudhaf ilaih) yang mana mewajibkan yang kedua (mudhaf ilaih) berirab majrur selamanya”
Syarat-syarat membuat idhafat adalah sebagai berikut:
A.           Syarat mudhaf
1.             tidak boleh terbuat dari isim marifat
2.             tidak boleh diakhiri tanwin
3.             tidak boleh diakhiri nun yang dikhususkan untuk jama dan tasniah
B.           syarat mudhaf ilaih
1.             boleh memilih antara marifat atau tanwin
Lafadz (الرحمن الرحيم  ) keduanya merupakan  sifat atau naat hakiki dari lafadz ( الله) Naat atau sifat merupakan salah satu dari empat tawabi(التوابع) yang mempnyai definisi
التابع المشتق او المؤول بالمشتق الموضح لمتبوعه فى المعارف المخصص له فى الكرات
"isim tabi yang berupa musytaq(penderivasian dari fiil atau masdar) atau berupa tawilannya yang menjelaskan matbu’nyadalam isim marifat dan yang  menentukan matbu’ nya dalam isim nakiroh”
Naat terbagi menjadi dua :
1.             naat hakiki mempunyai definisi
2.             naat sababi mempunyai definisi

Dalam cara pembacaan  kalimat basmalah setidaknya ada sembilan cara pembacaan dengan perincian tujuh cara pembacaan dibolehkan dan yang dua tidak dibolehkan, yang menjadi acuan dalam perbedaan cara pembacaan basmalah adalah terletak pada masalah naat atau sifat, yang mana menurut para ulama penggunaan naat atau sifat pada kalimat الله) )itu bertujuan untuk memuji (للمدح ), sedangakan menurut kaidah ilmu nahwu yang masyhur dikalangan para ahli nahwu
ان النعوت اذا كان المقصد بها للمدح فالاول القطع
“ naat itu apabila yang dimaksud daripadanya adalah untuk memuji maka qata’( tidak beramal) lebih utama”
Maka dalam pembacaan lafadz الرحمن dan الرحيم  boleh di jarkan sebagai sifat dari lafadz الله ,boleh dibaca rafa sebagai khobar yang mubtadanya dibuang  yang jika diperkirakan adalah domir هو dan susunan kalimatnya akan menjadi بسم  الله هو الرحمنُ الرحيمُ , boleh juga dibaca nasab sebagai maful bih dengan fiil dibuang yang jika diperkirakan adalah lafadz امدح dan susunan kalimatnya akan menjadi بسم  الله امدح الرحمنَ الرحيمَ  .
Jika kita perinci semblan cara pembacaan bismillah adalah sebagai berikut:
1.          بسم  الله الرحمنِ الرحيمِ
2.           بسم  الله الرحمنِ الرحيمُ
3.           بسم  الله الرحمنِ الرحيمَ
4.           بسم  الله الرحمنُ الرحيمِ
5.           بسم  الله الرحمنُ الرحيمُ
6.           بسم  الله الرحمنٌ الرحيمَ
7.           بسم  الله الرحمنَ الرحيمِ
8.           بسم  الله الرحمنَ الرحيمٌ
9.           بسم  الله الرحمنَ الرحيمَ
Sembilan cara pembacaan bismilah ini diperbolehkan keculai بسم  الله الرحمنُ الرحيمِ dan بسم  الله الرحمنَ الرحيمِ karena terdapat kaidah masyhur dalam ilmu nahwu
الاتباع بعد القطع ممنوع
“ itba’( beramal) setelah qata’( tidak beramal) dilarang”
الحمد لله رب العالمين
Huruf al dalam kalimat (الحمد ) merupakan al lilistigrak afradil jinsi menururut pendapat jumhur para nuhat( ahli nahwu) yang mana al pada lapadz ini memberi faidah penghabisan  seluruh afrad pujian kepada satu titik, penyebutan itu relevan dengan lam yang ada pada lapadz allah yang disebut-sebut oleh jumhur ulama nahwu sebagai lam lilmilki yang jika kita korelasikan keduannya maka kita akan mendapatkan suatu kesimpulan bahwa seluruh afrad pujian yang mashur ada empat yaitu:
1.             Puji yang qadim terhadap dzatnya (قديم للقديم)
2.             Puji yang qadim terhadap yang hadis (قديم للحادث)
3.           Puji hadis terhadap dzat yang qadim (حادث للقديم)
4.           Puji hadis kepada sesamanya (حادث للحادث)
Semua afrad puji yang empat tersebut adalah hak absolut allah adapun ketika kita memuji seseorang kita hanya meminjam pujian dari dzat yang maha memiliki pujian.
Adapun irab lafadz (الحمد )  adalah marfu karena ia menjadi mubtada yang di marfukan oleh amil manawi yang dinamkan ibtida (الابتدء) sebagai mana mubtada didefinisikan oleh ahli nahwu
الاسم المرفوع العارى عن العوامل الفظية
“ ialah isim yang dimarfukan yang kosong dari amil-amil lafdziah”
Adapun khobarnya adalah kalimat sesudahnya yaitu kalimat (لله)
Kalimat (رب العالمين) merupakan naat atau sifat hakiki dari lafadz allah. Berirab majrur karena ia menyesuaikan diri dengan manut atau mausuf nya sebagai mana lafadz allah juga berirab majrur oleh haraf jar.
الرحمن الرحيم
Kalimat (الرحمن الرحيم) kedua-duanya merupakan naat atau sifat hakiki dari kalimat (لله). Kedua lafadz tersebut mempunyai derivasi yang sama yaitu dari lafadz ( رحمة ) namun menempati wajan yang berbeda, oleh karena itu dalam pemaknaan kedua lafadz tersebut ada perbedaan walaupun berasal dari akar kata yang sama. Terdapat kaidah masyhur dalam ilmu sharaf
لان تغيير البناء تدل على تغيير المعنى
“ karena bertambahnya bina (kerangka pembentukan kata) akan menunjukan berubahnya makna”
Terkait dengan kaidah itu maka di katakan bahwa lapadz (الرحمن) lebih mublagah dari pada lafadz (الرحيم) oleh karena itu maka para pensyarah mengistlahkan bahwa (الرحمن) adalah المنعم بجلائل النعم sedangkan (الرحيم) diistilahkan dengan المنعم بدقائق النعم
ملك يوم الدين
Lafadz (ملك) merupakan naat atau sifat hakiki dari kalimat (لله), terdapat perbedaan antara ahli qiraat dalam pembacaan ayat ini, dalam sebuah qiraat di baca(مالك يوم الدين) dan di dalam qiraat lain di baca (ملك يوم الدين) meskipun mempunyai derivasi kata yang sama akan tetapi mempunyai makna yang berbeda, jika dibaca مالك maka maknanya ذو مِلك (yang mempunyai segala kepemilikan) sedangkan jika dibaca ملك maka maknanya ذو مٌلك  (yang mempunyai kerajaan).
اياك نعبد واياك نستعين
Lafadz ( اياك) merupakan maful bih muqaddam atau maful bih yang di dahulukan dari fiilnya yang hukunya wajib karena maful bih terbuat dari sim domir munfasil, sedangkan lafadz ( نعبد)  dan ( نستعين) keduanya merupakam susunan antara fiil dan fail yang berbentuk isim dhomir muttasil marfu yang menunjukan pada makna mutakalim maa al-akhor.
 kalau kita lakukan pengasalan pada kalimat ini maka kita akan dapati susunan kalimatnya akan berubah, akan menjadi نستعين اياك و نعبد اياك,
اهدنا الصراط المستقيم
Lafadz (اهدنا)merupakan susunan dari fiil amr dan maful bih pertama yang didahulukan daripada failnya, lafadz ( اهد )merupakan fiil amr yang mabni hadf harful illat yang merupakan derivasi dari kta (هدى-يهدى) yang berarti memberi petunjuk.
Lafadz (الصراط) merupakan maful bih kedua dari lafadz (اهد) dan lafadz (المستقيم) merupakan sifat hakiki dari lafadz (الصراط).
صراط الذين انعمت عليهم غير المغضوب عليهم ولا الضالين
Kalimat ) (صراط الذين mrupakan badal sai min sai ( بدل الشئ من ) atau menjadi athaf bayan dari kalimat (الصراط المستقيم ).
3        2.  kajian ilmu balgahah surat Al-Fatihah
Dalam surat Al-Fatihah banyak terkandung ayat-ayat yang syarat akan uslub-uslub balaghah,sebagaimana berikut:
Kalimat ( الحمد لله رب العالمين ) merupakan kalam khobariyah yang mempunyai makna insyaiyah maksudnya adalah struktur kalimat ini merupakan kalimat berita akan tetapi mempunyai makna perintah, yangn mana isi dari ayat pertama ini adalah perintah untuk memuji Allah SWT .
Pada kalimat (اياك نعبد واياك نستعين) terdapat uslub qasar (pemfokusan ) berupa takdim (تقديم)  yaitu dengan mendahulukan ma’mul dari pada amilnya, pada kalimat ini dengan mendahulukan maful bih dari pada fiil dan failnya.
Penggunaan qasar (pemfokusan ) bertujuan untuk melakukan penekanan pada salah satu unsur kalimat yang dipentingkan, seperti pada ujaran bahasa indonesia “ hanya kepadamu lah aku mencintai”  qasar ini mempunyai faidah bahwa unsur kalimat yang di dahulukan adalah unsur kalimat yang paling penting.
Kalimat  صراط المستقيم )) merupakan kalimat majaz yang pada kalimat ini berbentuk majaz istiarah (gaya bahasa metafora),yang mana yang dimaksud adalah agama islam.

D. Isi kandungan surat alfatihah
Surat yang demikian ringkas ini sesungguhnya telah merangkum berbagai pelajaran yang tidak terangkum secara terpadu di dalam surat-surat yang lain di dalam Al Quran. Surat ini mengandung intisari ketiga macam tauhid. Di dalam penggalan ayat Rabbil ‘alamiin terkandung makna tauhid rububiyah. Tauhid rububiyah adalah mengesakan Allah dalam hal perbuatan-perbuatanNya seperti mencipta, memberi rezeki dan lain sebagainya.
Di dalam kata Allah dan Iyyaaka na’budu Karena pada hari kiamat nanti amal hamba akan dibalas. Dari ayat ini juga bisa ditarik kesimpulan bahwa balasan yang diberikan itu berdasarkan prinsip keadilan, karena makna kata diin adalah balasan dengan adil. Bahkan di balik untaian ayat ini terkandung penetapan takdir. Hamba berbuat di bawah naungan takdir, bukan terjadi secara merdeka di luar takdir Allah ta’ala terkandung makna tauhid uluhiyah. Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dalam bentuk beribadah hanya kepada-Nya. Demikian juga di dalam penggalan ayat Alhamdu terkandung makna tauhid asma’ wa sifat. Tauhid asma’ wa sifat adalah mengesakan Allah dalam hal nama-nama dan sifat-sifatNya. Allah telah menetapkan sifat-sifat kesempurnaan bagi diri-Nya sendiri. Demikian pula Rasul shallallahu’alaihi wa sallam. Maka kewajiban kita adalah mengikuti Allah dan Rasul-Nya dalam menetapkan sifat-sifat kesempurnaan itu benar-benar dimiliki oleh Allah. Kita mengimani ayat ataupun hadits yang berbicara tentang nama dan sifat Allah sebagaimana adanya, tanpa menolak maknanya ataupun menyerupakannya dengan sifat makhluk.
Selain itu surat ini juga mencakup intisari masalah kenabian yaitu tersirat dari ayat Ihdinash shirathal mustaqiim. Sebab jalan yang lurus tidak akan bisa ditempuh oleh hamba apabila tidak ada bimbingan wahyu yang dibawa oleh Rasul. Surat ini juga menetapkan bahwasanya amal-amal hamba itu pasti ada balasannya. Hal ini tampak dari ayat Maaliki yaumid diin. sebagaimana yang diyakini oleh kaum Qadariyah (penentang takdir). Dan menetapkan bahwasanya hamba memang benar-benar pelaku atas perbuatan-perbuatanNya. Hamba tidaklah dipaksa sebagaimana keyakinan kaum Jabriyah. Bahkan di dalam ayat Ihdinash shirathal mustaqiim itu terdapat intisari bantahan kepada seluruh ahli bid’ah dan penganut ajaran sesat. Karena pada hakikatnya semua pelaku kebid’ahan maupun penganut ajaran sesat itu pasti menyimpang dari jalan yang lurus; yaitu memahami kebenaran dan mengamalkannya. Surat ini juga mengandung makna keharusan untuk mengikhlaskan ketaatan dalam beragama demi Allah ta’ala semata. Ibadah maupun isti’anah, semuanya harus lillaahi ta’aala. Kandungan ini tersimpan di dalam ayat Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin (disadur dari Taisir Karimir Rahman, hal. 40).
Allaahu akbar, sungguh menakjubkan isi surat ini. Maka tidak aneh apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutnya sebagai surat paling agung di dalam Al Quran.
Ya Allah, karuniakanlah kepada kami ilmu yang bermanfaat. Jauhkanlah kami dari jalan orang yang dimurkai dan sesat. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Mengabulkan do’a. Wallahu a’lam bish shawaab.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Surat Al-Fatihah yang merupakan surat pertama dalam Al Qur’an dan terdiri dari 7 ayat adalah masuk kelompok surat Makkiyyah, yakni surat yang diturunkan saat Nabi Muhammad di kota Mekah. Dinamakan Al-Fatihah, lantaran letaknya berada pada urutan pertama dari 114 surat dalam Al Qur’an. Para ulama bersepakat bahwa surat yang diturunkan lengkap ini merupakan intisari dari seluruh kandungan Al Qur’an yang kemudian dirinci oleh surat-surat sesudahnya.
Surat yang demikian ringkas ini sesungguhnya telah merangkum berbagai pelajaran yang tidak terangkum secara terpadu di dalam surat-surat yang lain di dalam Al Quran. Surat ini mengandung intisari ketiga macam tauhid. Di dalam penggalan ayat Rabbil ‘alamiin terkandung makna tauhid rububiyah. Tauhid rububiyah adalah mengesakan Allah dalam hal perbuatan-perbuatanNya seperti mencipta, memberi rezeki dan lain sebagainya.
diriwatkan oleh Ali bin Abi Tholib mantu Rosulullah Muhammad saw: “Surat al-Fatihah turun di Mekah dari perbendaharaan di bawah ‘arsy’, dari riwayat lain menyatakan, Amr bin Shalih bertutur kepada kami:“Ayahku bertutur kepadaku, dari al-Kalbi, dari Abu Salih, dari Ibnu Abbas, ia berkata: “Nabi berdiri di Mekah, lalu beliau membaca, Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam. Kemudian orang-orang Quraisy mengatakan, “Semoga Allah menghancurkan mulutmu (atau kalimat senada).”
B.     Saran
Saran kami penyusun makalah ini,perbanyak lah membaca jangan puas dengan satu referensi agar kelak pengetahuan kita seluas samudra, dan cintailah Al-Qu
ran karena ia sebaik-baiknya referensi dari segala macam ilmu terutama ilmu kebahasa araban.
Terakhur kami ucapakan terima kasih kepada rekan kelompo yang telah saling berpangku tangan untuk menyelesaikan makalah ini dan kepada dosen pengampu Ust. Asep Nursyamsi S.Ag M.Si atas bimbingannya, dan semoga makalah ini bermanfaat sebagai referensi untuk kajian Al-Quran khususnya surat Al-Fatihah.
DAFTAR BACAAN


Kitab mutammimimah jurumiah
Kitab qawaaid al-lughah al-arabiyah


D.Hidayat , albalagoh li aljami wa assawahid min kalaami albadi,Jakarta: PT. Karya toha putera, 2002

0 komentar:

Post a Comment

loading...