Thursday, December 7, 2017

*Mengharapkan Dicintai Allah SWT*

     Andai di dunia ini tidak ada cinta, maka hidup akan serasa gersang, hampa, dan tidak ada dinamika. Cinta bisa membuat sesuatu yang berat menjadi ringan, yang sulit menjadi sederhana, permusuhan menjadi perdamaian, dan yang jauh menjadi dekat. Itulah gambaran kekuatan cinta.
    Cinta, dilihat dari sudut manapun selalu menarik untuk dibahas. Sejarah mencatat, sejumlah seniman, teolog, sampai filsuf membicarakan cinta dari berbagai perspektifnya, baik dalam bentuk roman, puisi, syair, bahkan sampai dalam bentuk tulisan ilmiah yang bernuansa teologis, fenomenologis, psikologis, ataupun sosiologis.
   Filsuf sekaliber plato bahkan pernah mengatakan "Siapa yang tidak terharu oleh cinta berarti berjalan dalam gelap gulita". Pernyataan ini menggambarkan betapa besar perhatian plato pada masalah cinta, sampai-sampai ia menyebut orang yang tidak tertarik untuk membicarakannya sebagai orang yang berjalan dalam kegelapan.
   Peranan cinta dalam kehidupan tidak diragukan lagi pentingnya. Cinta diyakini sebagai dasar dari perdamaian, keharmonisan, kententraman, kebahagiaan, bahkan kebangkitan peradaban. Namun, apa sesungguhnya cinta itu? Diakui, problem yang dihadapi saat membicarakan cinta biasanya adalah persoalan definisi. Belum pernah ditemui suatu rumusan tentang cinta yang singkat, padat dan mewakili pemahaman akan hakikat cinta secara tepat.
    Jalauddin Rumi pernah mengatakan bahwa cinta itu misteri, tidak ada kata-kata yang bisa mewakili kedalamannya.
Cinta tak dapat termuat dalam pembicaraan atau pendengaran kita,
Cinta adalah sebuah samudera yang kedalamannya tak terukur…
Cinta tak dapat ditemukan dalam belajar dan ilmu pengetahuan, buku-buku dan lembaran-lembaran halaman.
Apapun yang orang bicarakan itu, bukanlah jalan para pecinta.
Apapun yang engkau katakan atau dengar adalah kulitnya;
Intisari cinta adalah misteri yang tak dapat kau buka!
Cukuplah! Berapa banyak lagi kau akan lengketkan kata-kata di lidahmu?
Cinta memiliki banyak pernyataan melampaui pembicaraan…

   Eric fromm, murid kesayangannya Sigmund Freud menyebutkan empat unsur yang harus ada dalam cinta, yaitu:
  • CARE (perhatian), Cinta harus melahirkan perhatian pada objek yang dicintai. Kalau kita mencintai diri sendiri, maka kita akan memperhatikan kesehatan dan kebersihan diri. Kalau kita mencintai orang lain, maka kita akan memperhatikan kesulitan yang dihadapi orang tersebut dan akan berusaha meringankan bebannya. Kalau kita mencintai Allah, kita akan benar-benar memperhatikan hal-hal apa saja yang diridhai atau dibenci oleh-Nya.
  • RESPONSIBILITY(tanggung jawab), Cinta harus melahirkan sikap bertanggungjawab terhadap objek yang dicintai. Orang tua yang mencintai anaknya, akan bertanggung jawab akan kesejahteraan material, spiritual, dan masa depan anaknya. Suami yang mencintai isterinya, akan bertanggung jawab akan kesejahteraan dan kebahagiaan rumah tangganya. Karyawan yang mencintai perusahaannya, akan bertanggung jawab pada kemajuan perusahaannya. Orang yang mencintai Tuhannya, akan bertanggung jawab untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Itulah Responsibility.
  • RESPECT (hormat), Cinta harus melahirkan sikap menerima objek yang dicintai apa adanya. Kelebihannya kita syukuri, kekurangannya kita terima dan perbaiki, sehingga kita selalu berikhtiar agar tidak mengecewakannya. Inilah yang disebut respect.
  • KNOWLEDGE (pengetahuan). Cinta harus melahirkan minat untuk memahami seluk beluk objek yang dicintai. Kalau kita mencintai seorang wanita atau pria untuk dijadikan isteri atau suami, kita harus berusaha memahami kepribadian, latar belakang keluarga, minat, dan ketaatan beragamanya. Kalau kita mencintai Tuhan, maka harus berusaha memahami ajaran-ajaran-Nya.
     Jika unsur keempat itu ada dalam kehidupan kita insyaallah hidup kita akan bermakna. sebagai mana Hadis dikatakan "Tidak sempurna iman seseorang kalau dia belum mencintai orang lain sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri”. “Cintai olehmu makhluk yang ada di muka bumi, pasti Allah akan mencintaimu”. (H.R. Muslim) 
    Cinta manusia kepada Allah adalah puncak cinta manusia yang bening dan jernih. Cinta sebagai mediator untuk mengikat atau menghubungkan hamba dengan Allah. Adanya kerinduan ingin bertemu dengan Allah dan kerinduan kepada-Nya tidak hanya berkomunikasi dalam bentuk shalat, do’a, dzikir, dan membaca Al Qur’an saja, melainkan seluruh tingkah laku dan tindakannya ditujukan kepada Allah yang satu “La ilaha illallah”. Rasulullah adalah orang yang patut dijadikan uswah atau teladan dalam mengaktualisasikan cinta kepada Allah.
"Katakanlah: jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang” (Q.S. Ali Imran [3]:31)

0 komentar:

Post a Comment

loading...